Anak Pasti Lebih Paham Bahasa Indonesia Dibanding Bahasa Asing, Benarkah?

Gambar dari Pexels


Karena sehari-hari menggunakan bahasa Indonesia, anak-anak pun otomatis bisa dan lancar berbahasa Indonesia. Kalau begitu ajarkan bahasa Inggris saja. Pernahkah terpikir demikian? Saya pernah. Apalagi mulai usia 3 tahunan, anak sulungku sudah lancar bicara, kosakata bahasa Indonesianya banyak dan cenderung formal. Misal, dia terbiasa mengatakan “tidak” daripada “ngga”, “sangat” daripada “banget”, dll. Amanlah ini bahasa Indonesianya, pikir saya.

Namun, seiring berjalannya waktu, munculnya Covid-19, bertambahnya screen time dan paparan bahasa Inggris lewat tayangan YouTube, kemampuan berbahasanya pun berubah. Tiba-tiba saja dia bisa bicara bahasa Inggris! Wow, pertama tentu saya senang-senang saja, tanpa diajari sudah bisa. Apalagi bahasa Inggris memang penting untuk ke depannya nanti.

Alarm mulai muncul ketika si sulung ini ternyata lebih mengerti kosakata bahasa Inggris dibanding bahasa Indonesia. Contohnya, saat saya menjelaskan tentang imunisasi, lalu saya menyebut kata “jarum”, dia bertanya, “Jarum itu apa?”. Saya pun mendeskripsikannya. Dia manggut-manggut. Begitu saya bilang jarum itu needle, dia baru beneran paham. Duh.

Ini tidak sekali dua kali, tapi beberapa kali. Sebagai penggemar dan pembaca buku-buku Ivan Lanin, saya merasa ada yang kurang pas. Bagaimana pun juga, harusnya ia lebih paham kosakata bahasa Indonesia. Toh, dia juga sekolah di sekolah biasa, bukan internasional. Berarti ada sesuatu yang perlu dibenahi. 

Selama ini memang agaknya dia terlena dengan bahasa Inggris. Tontonan bahasa Inggris, buku bacaannya pun dibelikan yang berbahasa Inggris. Alhasil dia lebih paham itu. Walaupun sehari-hari ngobrol bahasa Indonesia, adakalanya dia kesulitan dan justru lebih lancar berbahasa Inggris.

Hhh.. Ternyata, hanya karena sehari-hari memakai bahasa Indonesia, tak berarti anak akan begitu saja cakap berbahasa Indonesia. Dia tetap harus diberi input secara konsisten, diperkenalkan kosakata, bacaan, dengan bahasa nasional ini. Tidak ada pilihan lain. Bahasa Indonesia tetap harus dipelajari dan dikuasai oleh anak-anak. Baru kemudian bahasa asing atau bahasa daerah.

Saat ini saya pun kembali membiasakan si sulung dengan buku bacaan berbahasa Indonesia. Saya juga bilang agar dia bertanya kalau ada kata yang tidak dipahami. Semoga kosakata bahasa Indonesianya akan terus bertambah.


Comments

Popular posts from this blog

Resensi Novel "Represi"

Kalis

Review Novel The Star and I (Ilana Tan)