Sekolah Mahal atau Sekolah Gratis?


Akhir-akhir ini (katanya) sedang ramai dibahas tentang biaya SDIT yang mahal. Isu-isu seperti ini memang wajar mencuat di masa akhir/awal tahun ajaran. Banyak orang tua yang berburu sekolah bagi anak-anaknya.

Terlepas dari masih semrawutnya pendidikan di Indonesia, sebenarnya opsi sekolah di kota-kota besar cukup banyak. Mau yang gratis? Ada sekolah negeri. Mau yang berbayar? Banyak sekolah swasta. Masalah kualitas memang tidak bisa disamaratakan. Tinggal dipilah yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan. Tidak ada yang sempurna, tentu saja.

Nah, masalahnya, ketika ingin spek mahal dengan harga murah. Lalu, karena kesal, mulai menyebut kalau ilmu seharusnya tidak mahal, pendidikan bukan bisnis, dst. Di sinilah kita harus melihat dari dua sisi.

Saya teringat dalam novel Janji karya Tere Liye. Di salah satu bagian disebutkan bahwa “ilmu itu gratis”. Sepertinya senada dengan protes sekolah mahal, kan? Sebenarnya tidak demikian.

“Ilmu itu gratis” adalah pemahaman yang bagus jika dipegang oleh orang berilmu, dengan posisi sebagai guru, ulama, pengajar. Akan mulia sekali jika kita berada di posisi orang yang berilmu, lantas berniat berbagi ilmu secara gratis. Itu juga sudut pandang yang dipakai dalam novel Tere Liye tadi.

Namun, jika posisi kita sebagai murid, penuntut ilmu, maka harus dibalik. Ilmu itu bukan barang murah, ilmu adalah barang berharga yang harus diperoleh dengan kerja keras, pengorbanan besar. Sebagaimana para ulama dahulu mencari ilmu, mengorbankan tenaga, waktu, menjual apa saja jika perlu, untuk modal perjalanan menemui guru.

Ilmu itu hal yang mulia. Jika untuk makanan atau perhiasan saja kita mau merogoh kocek dalam, kenapa tidak untuk ilmu?

Banyaknya guru, ustaz, yang berbagi ilmu secara gratis di media sosial hendaknya tidak membuat kita meremehkan ilmu itu. Jika ada yang mematok harga demi sebuah pendidikan, apalagi pendidikan agama, dan kita tidak mampu, artinya kita bukan target atau sasarannya. Bukan artinya kita tidak bisa mencari ilmu sama sekali. 

Masih ada jalan lain untuk mencari ilmu. ada sekolah lain, kelas-kelas lain yang lebih pas. Atau, jika kita kekeh, maka kita harus berkorban lebih agar bisa membayar biayanya. 

Kesimpulannya, alih-alih menghujat sekolah karena mematok biaya mahal, lebih mudah dan solutif jika kita yang menyesuaikan pilihan sekolah dengan kemampuan.

#30DWCJilid46
#30DWC
#DAY26

Comments

Popular posts from this blog

Resensi Novel "Represi"

Pengalaman Kuret Setelah Melahirkan

Resensi Teruslah Bodoh Jangan Pintar (Tere Liye)