Pengalaman Mengikuti Editor’s Clinic Gramedia Pustaka Utama
Biasanya di klinik kita akan bertemu dokter, konsul atau berobat tentang kesehatan diri kita. Nah, kalau di klinik yang satu ini, kita bukan bertemu dokter, melainkan editor. Dan bukan badan kita yang diperiksa, tapi naskah kita. Menarik kan?
Pertama kali saya mendengar ada acara editor’s clinic ini sekitar pertengahan tahun lalu. Di akun IG-nya, Gramedia mengumumkan seleksi naskah untuk editor’s clinic. Sayangnya, waktu itu naskah saya belum rampung. Terpaksa melewatkan kesempatan berharga itu. Hiks.
Nah, alhamdulillah, dua bulan berselang, Gramedia kembali membuka kesempatan untuk ikut editor’s clinic di acara Indonesia International Book Fair (IIBF). Tentu saja saya tidak mau kelewatan kesempatan lagi. Langsung rapikan naskah, dan submit.
Naskah yang dikirim hanya outline atau sinopsis keseluruhan dan tiga bab pertama. Lalu tinggal duduk anteng menunggu pengumuman lolos atau tidak. Alhamdulillah, naskah saya menjadi satu dari sepuluh naskah yang terpilih. Ada sepuluh naskah fiksi, dan sepuluh nonfiksi, saya termasuk yang nonfiksi.
Nah, karena naskah saya temanya tentang muslimah, saya kira akan dipertemukan dengan editor dari Quanta. Ternyata, ketika sampai di lokasi, editor yang mereview naskah saya adalah editor nonfiksi GPU!
Duh, makin deg-degan! Wkwk. Maaf, ya, norak banget, tapi memang se-degdeg-an itu. Seperti degdegan pas jadi petugas upacara di sekolah untuk pertama kalinya, mungkin gitu lah kurang lebih. Haha.
Cara saya untuk mengurangi degdegan adalah mengobrol dengan peserta lain yang juga lagi antre. Lumayan membuat santai. Dan tidak lama kemudian giliran saya–lebih tepatnya naskah saya–yang diperiksa oleh editor, Mba Nadhira namanya.
Awalnya saya diminta menjelaskan gambaran umum tentang naskah. Kemudian Mba Nadhira memberi beberapa saran. Tidak banyak masukan saat itu. Saya hanya diminta menyelesaikan naskah dan mengirimnya kalau sudah selesai.
Kata-kata yang paling mengena saat itu justru “take your time”. Mba Nadhira yang juga seorang ibu memahami sekali riweuhnya mengasuh anak sambil menulis. Saya senang sekaligus lega karena merasa dimengerti. Alhamdulillah.
Setelah sesi konsultasi naskah yang hanya lima belas menit itu, semangat saya langsung melesat. Pastinya, dong. Akan tetapi, menyelesaikan naskah, swasunting walaupun alakadarnya, memang tidak semudah itu. Dan sampai sekarang belum kelar. Hiks. Insyaallah sedikit lagi.
Semoga bulan depan sudah bisa dikirim. Aamiin. Mohon bantu doakan ya, teman-teman!
#30DWCJilid46
Comments
Post a Comment