Catatan Tengah Malam

Day 16

Takbir bergema. Iduladha di depan mata. Alhamdulillaah. Alhamdulillaah. Besok, semoga bisa salat iduladha dengan lancar. Semoga amal ibadah kita diterima. 


Semoga, ibadah-ibadah kita, bukan sekadar amalan badam. Bukan sekadar memenuhi kewajiban. Bukan sekadar ikut-ikutan.


Rindu sekali, ketika ibadah sehari-hari benar-benar merasuk di hati. Sungguh-sungguh dihayati, dipahami. Ketika ibadah menjadi penenang, pengalih perhatian dari kesibukan dunia yang tidak ada habisnya.


Ketika salah fokus terus menerus, aku merindukan ibadah yang benar-benar serius. Merindukan niat yang lurus, dan tidak terbawa arus.


Ah, memang benar sebuah nasihat yang pernah kudengar. Rezeki yang tidak mendekatkan kepada Allah, rezeki yang justru melalaikan dari ibadah, sejatinya bukanlah rezeki. Sebaliknya, itu adalah musibah yang tak disadari. Astaghfirullaah.


Ketika hati ini terlena dengan dunia, semua terasa begitu penting, sekaligus sangat sia-sia. Terasa lelah, tanpa hasil yang indah. Bukannya pelepas dahaga, justru haus makin terasa. Astaghfirullaah.

Semoga Allah selalu membimbing hati yang sering lalai ini. Semoga Allah selalu menuntun langkah yang lemah ini. Sebuah perubahan yang sangat perlahan, semoga tetap dalam kebaikan.

Di tanggal 10 Dzulhijjah ini, semoga Allah izinkan kita membersihkan hati, memulai lagi semuanya dengan hati-hati. Karena kita tak ingin terpeleset ke lidah api, dan menyesal di hari nanti. Semoga Allah jaga hati ini, selalu dalam kebaikan. Aamiin.

Sebuah catatan menjelang tengah malam sunyi. Begitu sunyi, sampai kumerasa berisik sendiri. Suara-suara di hati dan pikiran yang begitu bising. Semoga Allah jaga dan lindungi hati yang lemah ini. Aamiin.

#30DWCJilid46

#30DWC

#Day16

Comments

Popular posts from this blog

Resensi Novel "Represi"

Kalis

Review Novel The Star and I (Ilana Tan)