Review Novel Penaka (Altami N.D.)
Novel drama sehari-hari yang dipadu dengan fantasi.
Di novel ini, kita bisa menjadi apa saja yang tidak kita inginkan. Literally.
Merasa berutang pada diri sendiri karena belum menulis review novel ini. Padahal udah baca sejak beberapa bulan lalu. Jadi, Penaka ini tentang apa? Singkatnya, Penaka adalah novel tentang rumah tangga muda (Sofia dan Laksana) dan seorang anak perempuan berusia satu tahun.
Konflik bermula ketika Laksana kebanyakan maen HP. Pulang kerja HP-an, mau tidur HP-an, mandi pun HP-an. Kalau bisa mungkin tuh HP udah ditempelin ke mukanya sekalian. Eh, kok jadi esmosi gini saya nulisnya. Wkwk.
Anyway, Sofia kesal, dan kekesalan itu merembet ke mana-mana. Muncul perasaan rendah diri karena “cuma” ibu rumah tangga, lelah mengurus anak yang lagi aktif-aktifnya, dst, dsb. Lalu, Sofia minta cerai, dan berniat untuk melanjutkan sekolah (dan bekerja).
Akan tetapi, tepat setelah minta cerai, terjadilah sesuatu yang luar biasa: Sofia berubah menjadi botol minum! Tepatnya botol minum yang bisa melihat dan memiliki perasaan. Eh? Kok bisa? Apakah ini kutukan? Atau azab istri durhaka? Wkwk. Setelah menjadi botol minum, Sofia juga berubah menjadi bentuk lain yang tidak ia pikirkan sebelumnya. Lalu, bagaimana cara dia kembali normal sebagai Sofia? Silakan baca sendiri yak!
Penaka ini unik, mulai dari judulnya, covernya (iya, saya suka covernya), dan ceritanya. Konfliknya sangat realistis dan dekat dengan kehidupan rumah tangga sekarang ini. Hanya saja saya pribadi kurang sreg dengan cara tokoh-tokohnya dalam menemukan solusi karena ada unsur fantasinya. Sesuatu yang tidak bisa dialami oleh pembaca. Bukan berarti saya ingin mengalaminya juga siy. Hahahaha.
Nah, lewat sisi fantasi itulah banyak pesan-pesan baik yang disampaikan oleh penulis. Sehingga pembaca yang relate (dan saya yakin banyak yang relate), bisa mengambil pesan bahkan mungkin solusi tanpa harus menjalani serangkaian kejutan yang dialami Sofia.
Overall saya menikmati membaca Penaka. Alurnya tidak bertele-tele, tapi tetap bisa memainkan emosi pembaca. Ada senang, sedih, deg-degan, dan haru. Jumlah halamannya pun tidak tebal, bisa dibaca sambil santai atau jadi teman di perjalanan.
Btw, novel ini mengingatkan saya dengan film Jumanji. :)
Comments
Post a Comment