Ringkasan Kajian "Untukmu yang sedang Menanti Buah Hati"
Banyak, sangat banyak yang ingin memiliki anak, dan belum mendapatkannya. Terlihat dari kajian malam ini, peserta di Zoom seribu kurang sedikit. Dan yang menonton di YouTube juga hampir 500-an. Masyaallah. Alhamdulillah.
Saya sendiri terlambat masuk. Zoom dibuka sebelum pukul 20.30, saya baru join sekitar jam 21.00. Tapi alhamdulillah masih bisa masuk, karena biasanya memang ada saja peserta yang keluar masuk di tengah acara. Dan saat itu peserta di Zoom sudah 998 orang.
Kajian ini bertajuk “Untukmu yang sedang Menanti Buah Hati”, diadakan oleh Indonesia Bertauhid, dengan narsum Ustadz Raehanul Bahraen. Fyi, Ustadz Raehanul Bahraen adalah dokter spesialis patologi klinik yang berdomisili di Mataram. Beliau juga aktif sharing di akun IG @raehanul_bahraen.
Karena saya terlambat, ada beberapa materi yang luput. Ini sebagian materi yang saya dapatkan dari penjelasan dan tanya jawab di kajian tadi.
Anak adalah rezeki, jadi nash-nash yang menyebut tentang rezeki boleh ditempuh dengan niat mendapat anak.
Mengusahakan kehamilan harus menempuh dua sebab, yaitu sebab syar’i (seperti berdoa, bersedekah, dsb) dan sebab qadari yaitu dengan memeriksakan diri ke dokter.
Faktor kemandulan bisa dari pihak suami maupun istri, maka jika periksa ke dokter sebaiknya keduanya diperiksa.
Gaya hidup bisa sangat mempengaruhi fertilitas. Di antara yang perlu dihindari suami demi menjaga kesehatan sperma yaitu, jangan memakai celana dalam terlalu ketat, kurang olahraga, duduk terlalu lama (khususnya pada profesi tertentu).
Sedangkan pada wanita, sering membersihkan area intim dengan produk khusus dapat berdampak negatif pada kehamilan.
Masih banyak info yang dijabarkan. Termasuk tentang bayi tabung. Ustadz menjelaskan tentang bayi tabung dari berbagai sisi. Penjelasan lengkap silakan dibaca di ebook yang dibagikan gratis di situs www.bit.ly/yukwakafib.
Ada beberapa tambahan dari sesi tanya jawab. Pertama, tentang tawakal. Tawakal punya dua rukun: menempuh sebab dan menyerahkan hasil akhir kepada Allah. Jadi tawakal harus diiringi dengan usaha maksimal.
Kemudian, tentang wanita memeriksakan diri ke dokter. Urutan pemilihan dokter, pertama pilih dokter wanita yang muslim. Jika tidak ada, maka boleh ke dokter wanita non-muslim. Jika tidak ada juga dokter wanita non-muslim di kotanya, dan sulit untuk safar mencari dokter lain ke luar kota, bisa ke dokter laki-laki muslim. Dan jika tidak ada juga maka boleh ke dokter laki-laki non-muslim.
Sebisa mungkin saat proses pemeriksaan (jika dengan dokter laki-laki) maka meminimalkan terlihatnya aurat. Misal, saat USG ada cara-cara agar dokter tidak melihat perut pasien, jadi hanya melihat layar. Wallahua’lam.
Demikian sekilas info tentang kajian tadi. Saya sendiri terharu melihat banyaknya orang yang menginginkan buah hati. Bahkan rela menempuh cara yang ekstra, seperti bayi tabung, yang perlu ekstra usaha dan biaya.
Semoga kita semua dimudahkan Allah untuk mendapat rezeki anak yang sholih dan sholihah. Amin.
20 Ramadan 1442H
Comments
Post a Comment