Me Time, Kawan atau Lawan?

(Gambar: Pixabay)


Me time ini bagi saya menjadi kata-kata yang agak mengerikan. Kenapa? Karena kalau mendapatkan me time, jadi senang, happy. Tapi sebaliknya, ketika tidak sempat ber-me time ria, jadi sebel sendiri.

Kebanyakan me time, jadi menghanyutkan. Kurang me time bikin esmosi. Me time bisa menjadi kawan atau lawan. Sebagaimana banyak hal lainnya. Sama seperti kata “produktif”, ketika merasa kurang produktif, jadi merasa kurang berguna, kurang bermakna.

Padahal, baik “me time” maupun “produktif” adalah dua kata yang bisa memiliki definisi berbeda pada tiap orang. Bukan sesuatu yang baku atau mengikat. Jadi, kalau saya sering pusing sendiri dengan dua kata ini, sebenarnya karena definisi yang saya sematkan pada dua kata tersebut. 

Seperti kata Ivan Lanin, kata-kata itu netral, diri kita sendirilah yang memberi makna negatif atau positif pada kata tersebut.

Sebagian orang mengatakan bahwa me time itu tidak perlu, atau tidak ada. Menurut saya, ini kembali lagi pada definisi tadi. Jika me time diartikan sebuah keadaan yang harus sendirian dan melakukan sesuatu, maka bisa jadi tidak semua orang membutuhkan itu. 

Namun, bila me time adalah istirahat atau refreshing, maka saya yakin semua orang membutuhkannya, dengan cara dan dosisnya masing-masing. Ada yang me time dengan kumpul bersama teman, ada yang makan-makan, ada yang olahraga. Ada juga yang membaca, menulis, atau sekadar bermesraan dengan kasur.

Ada pula yang melakukan refreshing dengan beberes rumah. Why not? As long as it makes us feel refreshed. Saya sendiri melakukan cara-cara di atas sebagai me time. Misal dengan menelepon teman yang jauh di sana, atau membaca, menonton.

Tapi saya tidak me time dengan tidur, kecuali memang capek banget, barulah waktu yang ada untuk me time saya gunakan untuk tidur. Sejak kecil saya tidak suka tidur siang. Bahkan waktu kecil, ketika tidur malam pun saya tak jarang terbangun tengah malam saat mendengar suara TV.

Ternyata TV masih menyala karena ibu saya sedang menonton Mahabarata yang diputar tengah malam. Dan saya ikut nonton. Dan sekarang saya merasa bersalah melakukan itu, karena bisa jadi itu me time untuk ibu saya, dan saya dengan santainya mengganggu menemani. Wkwk.

So, what’s your “me time”?


Comments

Popular posts from this blog

Resensi Novel "Represi"

Kalis

Review Novel The Star and I (Ilana Tan)