Mari Ngobrol

Masih tentang hikmah dibalik wabah. Keadaan ini sungguh mengajarkan kita banyak hal. Salah satunya adalah untuk tetap saling berkomunikasi, saling menyemangati, saling menguatkan. Caranya adalah dengan bicara, ngobrol.

Walaupun social distancing dan #dirumahaja, kita tetap bisa komunikasi via WA, telepon, dan video call. Ada banyak media. Tapi kali ini saya ingin tekankan tentang menelepon, baik via video call maupun voice call.

Ketika Anda mulai merasa jenuh di rumah, mulai kehabisan ide, semangat menurun, dan kurang piknik, teleponlah seseorang. Bisa orang tua, kakak atau adik, teman kuliah, sahabat, siapa saja yang Anda rindukan. Teleponlah dan ajak ngobrol. Most likely, orang yang Anda telepon juga merasakan hal yang tak jauh beda dengan Anda, sehingga bisa saling mendukung, menguatkan, melepas rindu.

Saya misalnya, baru saja menelepon salah seorang sahabat saya yang berdomisili di Tangsel. Sudah agak lama tidak ngobrol panjang lebar, kami pun bisa bercerita macam-macam. Diawali dengan obrolan seputar bosan karena #dirumahaja, PSBB yang berlaku di Jakarta, dan merambat sampai masalah percintaan. #eaaa.

Setelah mengobrol, ada perasaan lega karena tahu bahwa kita tidak sendiri. Teman-teman di daerah lain pun merasakan yang sama. Terkurung di rumah karena keadaan. Tapi ini bukan sesuatu yang patut dicaci. Malah, keadaan ini justru bisa disyukuri, kita jadi bisa leluasa menyambung silaturahmi via telepon. Terlebih, karena #dirumahaja, teman-teman jadi tidak terlalu sibuk dengan kerjaan dan bisa diajak teleponan, deh! Hehe.. Jadi, mari ngobrol! :)

#30dwc
#30dayswritingchallenge
#30dwcjilid23
#day6
#squad7

Comments

Popular posts from this blog

Resensi Novel "Represi"

Kalis

Resensi Buku Perempuan yang Menunggu di Lorong Menuju Laut