Resensi Buku Xenoglosofilia: Kenapa harus Nginggris?
Judul: Xenogolosofilia Kenapa Harus Nginggris
Penulis: Ivan Lanin
Penerbit: Kompas
Tahun Terbit: 2018
Jumlah halaman: 232
Semakin saya membaca buku ini, semakin saya bertanya-tanya, “Kenapa saya membaca buku ini?”
Buku berjudul Xenogolosofilia Kenapa Harus Nginggris ini adalah karya Ivan Lanin. Ya, saya—dan mungkin banyak orang lainnya—mengenal Ivan Lanin sebagai seorang ahli bahasa Indonesia. Saya sering mencari jawaban dari Twitter Ivan Lanin jika ada hal yang tidak saya pahami tentang bahasa Indonesia. Tapi saya tidak pernah mencari siapakah Ivan Lanin.
Dari buku ini saya mengetahui bahwa Ivan Lanin tidak memiliki latar belakang pendidikan formal di bidang linguistik. Ia menempuh S-1 di Teknik Kimia ITB, dan S-2 Teknologi Informasi UI. Namun kini ia menjadi salah satu tempat mencari jawaban tentang mengenai bahasa Indonesia.
Buku berjudul Xenogolosofilia Kenapa Harus Nginggris ini adalah karya Ivan Lanin. Ya, saya—dan mungkin banyak orang lainnya—mengenal Ivan Lanin sebagai seorang ahli bahasa Indonesia. Saya sering mencari jawaban dari Twitter Ivan Lanin jika ada hal yang tidak saya pahami tentang bahasa Indonesia. Tapi saya tidak pernah mencari siapakah Ivan Lanin.
Dari buku ini saya mengetahui bahwa Ivan Lanin tidak memiliki latar belakang pendidikan formal di bidang linguistik. Ia menempuh S-1 di Teknik Kimia ITB, dan S-2 Teknologi Informasi UI. Namun kini ia menjadi salah satu tempat mencari jawaban tentang mengenai bahasa Indonesia.
Ok, lanjut ke buku Xenogolosofilia Kenapa Harus Nginggris. Buku ini membahas tentang problematika dalam bahasa Indonesia. Banyak membahas mengenai berbagai padanan istilah asing dalam bahasa Indonesia, serta asal mula suatu kata. Awalnya saya mengira buku ini akan seperti buku Berbahasa Indonesia dengan Logis dan Gembira, padat namun santai. Akan tetapi, ternyata berbeda, gaess.
Saya merasa buku ini agak lebih berat karena membahas asal usul suatu kata secara lebih dalam. Termasuk tentang sejarah suatu kata digunakan dalam bahasa Indonesia. Pada beberapa pembahasan itu saya merasa agak pusing dan harus berhenti sejenak. Haha. Lebay banget, ya, saya.
Tapi saya tetap enjoy—ups—dan senang aja. Terlebih, di bagian kedua buku ini ada “Tanja” alias tanya jawab yang banyak menjawab pertanyaan dalam hati saya dengan singkat dan jelas.
Buku ini mendorong kita untuk sebisa mungkin menggunakan bahasa Indonesia. Jika ada istilah asing yang memang sudah ada padanan katanya, maka gunakanlah padanannya. Jika belum ada padanannya, maka berusahalah mencarinya. Intinya, cintailah bahasa Indonesia.
Ini mengingatkan saya dengan seorang rekan kerja saya dulu. Namanya Pak Dhuha, ia lulusan S-1 Sastra Inggris dan S-2 Sastra Indonesia. Pernah suatu kali saya menanyakan padanan kata istilah asing, kemudian ia bilang, “Kalau belum ada, kita bikin aja padanannya!” dengan penuh semangat. Saya ragu, sih, waktu itu. Tapi rupanya, memang sebenarnya begitu, cari atau buat saja padanannya. Siapa tahu kata tersebut nantinya berterima di masyarakat.
Jadi, kenapa saya membaca buku ini? Jawabannya, kenapa saya perlu alasan untuk membaca buku ini? Bukankah dengan saya lahir dan besar di Indonesia, sudah menjadi alasan yang kuat untuk mempelajari bahasa Indonesia?
Aku pertama kali tau Ivan Lanin ini dari suamiku, ternyata dia punya buku yaaa..dan terkait istilah asing ini aku pribadi masih susaah banget menghindari
ReplyDeleteSamaaa.. kayak natural aja gitu tau2 nginggris.. mungkin karena dari SD udah belajar bahasa Inggris..
DeleteCatatan untukku nih, yang kadang sulit mencari padanan yang tepat. Jadi ujungnya campur dengan istilah bahasa Inggris yang umum dipakai deh...
ReplyDeleteMenarik juga ya yang teman mba vid bilang, kalau belum ada padanan ya kita buat... tantangan, hehe
Iya lho..cuma seringnya kita ga pede kan yak bikin yg baru2 gitu..hehe..
DeletePadahal mah bikin aja, asal sesuai ya kan..
Dari judulnya kupikir bukunya membahas alasan kenapa kita butuh belajar bahasa inggris. Ternyata sebaliknya. Malah membahas bahasa Indonesia ya.
ReplyDeleteHahaha.. Bisa begitu yak.. Tapi kalau lihat penulisnya siy udah yakin yang dibahas pasti bahasa Indonesia.. hehe
ReplyDeleteVeery nice post
ReplyDeleteThank you for writting this
ReplyDelete