Lima Hal yang Membuat Bartimaeus Trilogy Menarik


(Tiga Cover buku Bartimaeus Trilogy)

“Don’t worry though, Nat. You’re not totally alone. You’ve always got me.”

 
Oke, to the point saja ya. I love this book. I love the trilogy, especially the last one: Ptolemy’s Gate. Trilogi Bartimaeus bukanlah buku baru. Seri pertamanya yang berjudul Amulet Samarkand terbit tahun 2003, buku kedua Golem’s Eye tahun 2004, dan Ptolemy’s Gate tahun 2005.
 
Bercerita tentang apa sih buku ini?
 
Trilogi Bartimaeus karya Jonathan Stroud bercerita tentang seorang anak bernama Nathaniel dan jin “kesayangannya” Bartimaeus. Keduanya melalui berbagai hal mengejutkan, menegangkan, demi mencapai impian Nathaniel yaitu memiliki kekuasaan di parlemen Inggris. 

Mengapa saya suka dengan trilogi ini?
 
Pertama, komposisi dialog dan narasi yang pas. Saya bukan pecinta deskripsi yang panjang lebar tentang sebuah latar. Itulah sebabnya saya menyerah membaca novel Perfume. Tapi Jonathan Stroud menciptakan komposisi yang pas dalam narasi dan dialog sehingga tidak membosankan. Apalagi Barty digambarkan memiliki selera humor yang tinggi. Pembaca dengan senang hati membaca catatan kaki yang bisa mencapai setengah halaman.

Kedua, menghubungkan dengan sejarah. Ada banyak kisah sejarah yang diungkit dalam novel ini. Menunjukkan bahwa penulisnya, Jonathan Stroud, memiliki wawasan luas dan riset mendalam tentang sejarah yang sesuai sebagai latar novel ini. Contohnya narasi dalam catatan kaki berikut ini:

“Atlas: marid dengan kekuatan luar biasa dan tubuh kekar, dipekerjakan penyihir Yunani Phidias untuk membangun Parthenon, sekitar tahun 440 SM. Atlas melalaikan tugas dan merusak pondasinya. Saat terlihat retakan, Phidias mengurung Atlas di bawah tanah, memerintahkannya menahan bangunan itu agar tidak roboh dalam jangka waktu tidak terbatas.”

Narasi ini dihubungkan dengan fakta bahwa bangunan Parthenon masih bertahan hingga sekarang.

Ketiga, humor dengan dosis sesuai. Ada novel yang terlalu mencoba lucu namun justru garing. Tapi tidak demikian dengan trilogi ini. Bartimaeus adalah jin yang humoris, terlebih saat berhadapan dengan Nathaniel yang sangat kaku dan serius. Bahkan ketika melawan musuh-musuh, Barty masih bisa melucu. Seperti yang satu ini:

Ia menarik napas kembali dan menunggu… Selusin pertanyaan lagi terbentuk di benakku--juga 22 solusi dari setiap pertanyaan, enam belas hipotesa akhir dan teori bantahan, delapan spekulasi abstrak, persamaan empat sisi, dua aksioma, dan sebuah pantun jenaka. Kira-kira seperti itulah kepandaianku.

Huahahaha. Itu adalah salah satu monolog narsis ala Bartimaeus.

Keempat, alur cerita yang begitu memukau. Sebagai pembaca buku pertama, kedua, ketiga, saya merasa terbawa dengan emosi yang ada dalam kisah Bartimaeus dan Nathaniel. Sejak awal perkenalan dan “kerja sama” mereka, sampai ending yang manis. Quote pertama yang saya tulis di awal adalah salah satu yang menggambarkan “persahabatan” antara keduanya di akhir buku ketiga.

Kelima, terjemahan sangat nyaman dibaca. Trilogi Bartimaeus aslinya berbahasa Inggris, tapi yang saya baca adalah versi bahasa Indonesia. Artinya, penerjemah memiliki peran penting. Sebuah karya yang bagus dalam bahasa Inggris bisa jadi tak disukai apabila terjemahannya kurang baik. Menurut saya Trilogi Bartimaeus ini memiliki terjemahan yang nyaman dibaca. Ada beberapa kata yang tetap dipertahankan dalam bahasa Inggris, dan memang itu yang terbaik, selama pembaca memahami maksudnya.

Itulah lima alasan saya menyukai kisah fiksi ini. Walaupun saya telah selesai membacanya sejak duduk di bangku kuliah, tapi ceritanya masih berkesan. Padahal sebenarnya saya kurang suka dengan sci-fi, lho. Saya tidak pernah membaca buku Harry Potter atau semacamnya. Tapi Bartimaeus ini memang menarik.

#TrilogyofBartimaeus

Comments

  1. sugoiii.... jadi pingin baca juga . terimakasih dah nambah referensi

    ReplyDelete
    Replies
    1. buat hiburan aja maakk.. aku ga kuat sm bacaan yg berat-berat soale..wkwk

      Delete
  2. Juara banget mb vidi ini, kalo aku yang baca berapa bulan ga tamat tamat. Terakhir baca buku ginian jaman hamil faris, judulnya Abarat punya Clive Barker pernah baca nggak?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Arabat kali mbaa?? aku ga pernah baca, cuma intip-intip aja ituuhh.. buku trilogi ini juga aku bacanya pas SMA..haha...

      Delete
  3. Sering lihat buku ini di toko buku. Tertarik baca tp belum tertarik beli. Sayangnya teman2ku belum ada yang punya dan tidak ada di persewaan.

    Mbak vidi punya gak?
    *ujung2nya minjem*

    🤭

    ReplyDelete
  4. Sepertinya aku perlu nge-list ini untuk daftar bacaan besok. SSStttt tau kan mbak vid maksudkuh...

    ReplyDelete
  5. Replies
    1. Eaaa.. emang ga cocok marketing aku.. bukannya pd beli malah pd pinjam..hyahahaha.. XD

      Delete
  6. Astaghfirullah
    Ughtea Nat..
    Jgn main main sama Jin



    Wkwkwkkwkw

    ReplyDelete
    Replies
    1. hyahahaha.. bukan main-main, kerja bareng ini mah..wkwk

      Delete
  7. mbaaaa suka scifi jg toh?? pinjaaamm.. #Lho

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Resensi Novel "Represi"

Kalis

Review Novel The Star and I (Ilana Tan)