Ketika Jauh dari Jakarta (Part 1)
Ketika sudah tinggal jauh dari Jakarta, saya baru menyadari bahwa Jakarta memang sangat dimanjakan. Bahwa kami yang jauh dari ibukota memang harus menerima nasib yang berbeda. Bukan, saya bukan bicara tentang daerah terpencil, saya bicara tentang Batam yang terletak di Kepulauan Riau. Alhamdulillah, walaupun termasuk daerah perbatasan—karena berbatasan dengan Singapura—Batam bisa dibilang sudah maju. Apalagi saat ini jumlah pusat perbelanjaan kian banyak, transportasi pun makin mudah dengan adanya taksi online. Namun tetap ada yang berbeda.
Walaupun saya tidak gemar menonton TV, salah satu yang menarik perhatian saya ketika pindah ke Batam adalah jumlah saluran TV. Tanpa menggunakan antena luar rumah, TV di sini hanya mendapat empat channel, itu pun yang gambarnya bagus hanya satu yaitu NET TV. Berbeda dengan Jakarta yang bisa langsung mendapatkan banyak saluran TV.
Itu baru dari segi saluran TV, belum lagi konten di dalamnya. Ketika menonton TV, yang saya cari adalah berita, namun yang saya temukan hanya berita-berita dari Jakarta dan Jawa. Walaupun ada berita yang lebih menghebohkan di daerah, tapi tetap saja kalah dengan berita dari Jakarta. Semua hal, sekecil apapun, yang ada di Jakarta masuk dalam pemberitaan baik TV atau media daring. Saat itu saya rasanya ingin berteriak di depan TV, “oiii, Indonesia itu bukan Jakarta doang!”.
Kemudian, masih ingat ketika Jakarta mengalami pemadaman listrik massal seharian? Warganya langsung heboh marah-marah menggerutu dan akhirnya mendapat kompensasi? Sesungguhnya hal itu menjadi nyinyiran warga daerah. Bagaimana tidak, saat itu di Batam sendiri sedang rutin pemadaman listrik bergilir setiap harinya. Ada yang kebagian 2 jam, 3 jam, 4 jam, bahkan lebih, dan itu terjadi setiap hari. Belum lagi bicara soal air. Ada kawasan di sini yang rutin mati air setiap harinya. Tapi, pernahkah hal itu diberitakan?
Sungguh Jakarta begitu dimanjakan dengan segala fasilitas dan perhatian pemerintah.
#30DWC
Walaupun saya tidak gemar menonton TV, salah satu yang menarik perhatian saya ketika pindah ke Batam adalah jumlah saluran TV. Tanpa menggunakan antena luar rumah, TV di sini hanya mendapat empat channel, itu pun yang gambarnya bagus hanya satu yaitu NET TV. Berbeda dengan Jakarta yang bisa langsung mendapatkan banyak saluran TV.
Itu baru dari segi saluran TV, belum lagi konten di dalamnya. Ketika menonton TV, yang saya cari adalah berita, namun yang saya temukan hanya berita-berita dari Jakarta dan Jawa. Walaupun ada berita yang lebih menghebohkan di daerah, tapi tetap saja kalah dengan berita dari Jakarta. Semua hal, sekecil apapun, yang ada di Jakarta masuk dalam pemberitaan baik TV atau media daring. Saat itu saya rasanya ingin berteriak di depan TV, “oiii, Indonesia itu bukan Jakarta doang!”.
Kemudian, masih ingat ketika Jakarta mengalami pemadaman listrik massal seharian? Warganya langsung heboh marah-marah menggerutu dan akhirnya mendapat kompensasi? Sesungguhnya hal itu menjadi nyinyiran warga daerah. Bagaimana tidak, saat itu di Batam sendiri sedang rutin pemadaman listrik bergilir setiap harinya. Ada yang kebagian 2 jam, 3 jam, 4 jam, bahkan lebih, dan itu terjadi setiap hari. Belum lagi bicara soal air. Ada kawasan di sini yang rutin mati air setiap harinya. Tapi, pernahkah hal itu diberitakan?
Sungguh Jakarta begitu dimanjakan dengan segala fasilitas dan perhatian pemerintah.
#30DWC
#30DWCJilid21
#Day13
#ImWritingInLove
Comments
Post a Comment