Belajar Menulis dari Tere Liye
Meet and Greet Tere Liye di Gramedia Batam |
Setelah belajar dari Hideaki Sorachi, mari kita beralih ke penulis tersohor dalam negeri, Tere Liye. Pasti sudah banyak yang tahu. Bahkan yang bukan penggemar novel populer pun mungkin tahu siapa itu Tere Liye. Sampai saat ini sudah lebih dari 35 judul novel ditulis oleh Tere Liye, dan tak sedikit yang masuk kategori best seller. Sudah berapa novel Tere Liye yang Anda baca? Saya pribadi belum pernah benar-benar membaca novel beliau. Entahlah, hanya belum tertarik saja. Tapi tentu tidak mengurangi kenyataan bahwa beliau adalah penulis sukses yang amat produktif. Jadi, mari kita belajar dari Bang Tere.
Lho, kalau saya saja belum pernah baca karyanya, bagaimana saya bisa belajar darinya? Nah, seperti yang pernah saya ceritakan di tulisan sebelumnya, saya pernah mengintip workshop menulis oleh Tere Liye di Sukabumi, dan saat itu juga saya terinspirasi. Kemudian saya juga pernah mengikuti meet and greet dengan Bang Tere di Gramedia Batam. Jadi, ada beberapa hal yang bisa saya pelajari dari beliau, walaupun belum pernah membaca karyanya.
- Melawan malas
Malas tak mengenal tempat, usia, dan profesi. Terlebih seorang penulis, sangat mungkin terserang penyakit malas. Tere Liye mengajarkan agar jangan malas untuk melawan malas. Hehe. Dalam acara meet and greet di Gramedia Batam beberapa waktu lalu, ada yang bertanya pada Bang Tere mengenai cara mengatasi writer’s block. Apa jawaban Bang Tere? “Ternyata setiap zaman punya istilah sendiri untuk menyebut malas.”
Dan apa yang dilakukan Bang Tere ketika mengalami writer’s block? Beliau melawan, semampunya. Beliau mengisahkan sempat tidak mood menulis ketika mengawali novel Rindu. Namun Bang Tere tetap berusaha menulis, walaupun hanya satu huruf. Ya, novel Rindu yang tebal itu berawal dari hanya satu huruf yang ditulis dalam satu hari! Hari berikutnya bertambah, perlahan namun pasti, sampai akhirnya novel Rindu selesai ditulis dalam satu bulan (kalau saya tidak salah ingat). Jadi, jangan malas melawan malas.
Dan apa yang dilakukan Bang Tere ketika mengalami writer’s block? Beliau melawan, semampunya. Beliau mengisahkan sempat tidak mood menulis ketika mengawali novel Rindu. Namun Bang Tere tetap berusaha menulis, walaupun hanya satu huruf. Ya, novel Rindu yang tebal itu berawal dari hanya satu huruf yang ditulis dalam satu hari! Hari berikutnya bertambah, perlahan namun pasti, sampai akhirnya novel Rindu selesai ditulis dalam satu bulan (kalau saya tidak salah ingat). Jadi, jangan malas melawan malas.
- Latihan
Pelajaran lain yang sangat perlu dicontoh dari seorang Tere Liye adalah gigih dalam berlatih. Jika ingin menjadi penulis, ya harus rajin latihan menulis. Latihan ini adalah salah satu kunci produktivitas Bang Tere. “Kalau Anda rutin latihan menulis setiap hari, sepuluh tahun dari sekarang Anda bisa sama produktifnya dengan saya,” ucap beliau. Itu juga alasan saya ikut 30 Days Writing Challenge, supaya rajin latihan. Hehe.
- Riset
Lagi-lagi, riset menjadi faktor penting kesuksesan seorang penulis, baik fiksi maupun non-fiksi. Tere Liye dalam menulis novel-novelnya selalu melakukan riset mendalam. Contohnya, Bang Tere berencana menelurkan novel dengan tema detektif remaja, maka jauh sebelum menulis beliau telah melahap buku-buku atau tontonan bertema detektif seperti Sherlock Holmes, Detective Conan, dll.
So, tidak ada alasan bagi penulis pemula seperti saya untuk tidak melakukan riset. Yaa ini sih kalau mau hasil tulisannya bagus. Hehe.
Demikian tulisan saya hari ini. Semoga bermanfaat untuk kita semua. Selamat belajar!
#30DWC
#30DWCJilid21
#30DWCJilid21Day7
#Day7
#ImWritingInLove
So, tidak ada alasan bagi penulis pemula seperti saya untuk tidak melakukan riset. Yaa ini sih kalau mau hasil tulisannya bagus. Hehe.
Demikian tulisan saya hari ini. Semoga bermanfaat untuk kita semua. Selamat belajar!
#30DWC
#30DWCJilid21
#30DWCJilid21Day7
#Day7
#ImWritingInLove
Comments
Post a Comment